PENGEMBANGAN
KURIKULUM
Dosen Pengampu : Dr. Y. Suyitno, M.Pd.
Teori dan Praktek
Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata
Resume Bab VII Proses Pengajaran
Yusep
Kurniawan
1720110002
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN
DASAR
PROGRAM
PASCA SARJANA
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2017
Judul
Buku : Pengembangan Kurikulum Teori dan
Praktek
Penulis
: Prof. Dr. Nana Syaodih
Sukmadinata
Editor : Mukhlis
Penerbit : PT. Remaja Rosdakarya
Cetakan
ke- : 15
Tahun : 2015
Bab : VII Proses Pengajaran
BAB VII PROSES PENGAJARAN
A. Keseimbangan Antara Isi dan Proses
Dalam
model-model konsep kurikulum maupun macam-macam desain kurikulum, masalah isi
dan proses pengajaran selalu menjadi titik tolak. Isi dan proses merupakan
komponen kurikulum yang sangat penting. Oleh karena itu ada yang berpendapat
bahwa kurikulum tidak lain dari suatu program pendidikan yang berisi jalinan
antara isi dengan proses penyampaiannya.
Dari
pelaksanaan kurikulum diharapkan siswa mampu menguasai sebanyak-banyaknya bahan
terbaik dengan cara terbaik. Hal tersebut sulit dicapai, namun bukan sesuatu
yang mustahil. Keberhasilan pengajaran atau pelaksanaan suatu kurikulum sangat
dipengaruhi kondisi banyak sebab baik dari internal maupun eksternal.
Pendidikan dan pengajaran juga tidak terlepas dari berbagai keterbatasan. Penyusun,
pengembang dan pelaksana pendidikan umumnya, kurikulum khususnya harus
mengoptimalkan hasil sesuai kondisi yang ada, disamping mengoptimalkan isi dan
prosesnya.
Telah kita ketahui dalam uraian-uraian yang terdahulu bahwa ada
konsep-konsep kurikulum yang lebih mengutamakan isi dan ada yang
mengutamakan proses. Keduanya mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Keduanya merupakan pemecahan yang paling praktis,
walaupun bukan berarti tanpa menghadapi kesulitan-kesulitan.
B. Isi Kurikulum
Kurikulum
atau pengajaran bukan hanya terdiri atas sekumpulan pengetahuan atau informasi,
tetapi harus merupakan kesatuan pengetahuan terpilih dan dibutuhkan, baik bagi
pengetahuan itu sendiri maupun bagi siswa dan lingkungannya.
Para
pengembang kurikulum dalam menyusun kurikulum
dan pengajaran bukan hanya didasarkan pada aspek perkembangan ilmu
pengetahuan, tetapi disesuaikan dengan karakteristik perkembangan anak dan
konsep-konsep modern tentang hakikat pengalaman belajar.
Ada
empat hal pokok penting dalam proses pendidikan. Pertama, peranan struktur bahan, dan bagamana hal tersebut menjadi
pusat kegiatan belajar. Kedua, proses
belajar menekankan pada berpikir intuitif (berpikir inteektual untuk mencapai
formulasi tentitif tanpa mengadakan analisis langkah demi langkah). Ketiga, masalah kesiapan readinness) dalam belajar. Keempat, dorongan untuk belajar (learning motives) atau motivasi
belajar.
Belajar
bertujuan untuk menyiapkan peserta didik untuk menghadapi masa yang akan datang.
Ada dua macam belajar untuk menghadapi masa yang akan datang. Pertama, aplikasi belajar dalam tugas
atau pekerjaan khusus. Kedua, transfer belajar dalam bentuk prinsip-prinsip
dan sikap-sikap. Transfer belajar merupakan inti proses pendidikan.
Hal
yang sangat penting bagaimana menyusun kurikulum yang dapat diajarkan oleh guru
biasa, terhadap murid biasa yang dapat merefleksikan pinsip-prinsip dasar dari
berbagai bentuk inkuiri. Pertama
adalah menyangkut bagaimana memilih bahan yang akan diajarkan serta alat-alat
pelajaran yang memberikan tekanan utama pada pengembangan ide-ide dan sikap.
Kemudian bagaimana menentukan tingkat-tingkat bahan yang aka diajarkan sesuai
dengan kemampuan dan tingkat perkembangan siswa. Kedua adalah bagaimana para siswa menguasai ide-ide dasar dari
bergbagai bidang studi, bukan saja dengan pengetahuan umum, tetapi juga dengan
sikap berinkuiri, perkembangan kemampuan memperkirakan dan pemecahan masalah
secara mandiri.
Empat
hal yang merupakan manfaat belajar atau mengajar struktur dasar : Pertama, pemahaman yang bersifat
fundamental memungkinkan penguasaan bahan ajar secara lebih komperehensif. Kedua, berhubungan dengan kemampuan
ingatan manusia. Ketiga, pemahaman
prinsip-prinsip dan ide-ide fundamental merupakan syarat utama untuk mengadakan
transfer. Keempat, penekanan pada struktur dan prinsip-prinsip
mengajar fundamental dapat mempersempit jarak antara pengetahuan elementer
dengan pengetahuan yang lebih lanjut.
Dapat
disimpulkan bahwa isi kurikulum atau pengajaran
bukan hanya terdiri atas sekumpulan pengetahuan atau kumpulan informasi, tetapi
harus merupakan kesatuan pengetahuan terpilih dan dibutuhkan, baik bagi
pengetahuan itu sendiri maupun bagi siswa dan lingkungannya.
C. Proses Belajar
Mengajar
merupakan suatu upaya yang dilakukan guru agar siswa belajar. Apabila kita
mengkaji teori mengajar yang ada, hampir seluruhnya dikembangkan atau bertolak
dari teori belajar.
1.
Belajar intuitif
Berpikir intuitif
tidak memiliki langkah-langkah yang dapat dirumuskan secara pasti dan teliti,
lebih merupakan suatu manuver yang didasarkan atas persepsi implisit dari
keseluruhan masalah. Biasanya proses pemikiran intuitif ini berkenaan dengan domain
kognitif, terutama dengan struktur pengetahuan, yang memungkinkan ia melangkah
atau meloncat atau memotong jalan pendek untuk sampai pada suatu jawaban atau
pemecahan. Hasil berpikir intuitif dapat dicek dengan kesimpulan dari hasil
analitik, apakah induktif atau deduktif. Pemikiran
analitik yang lebih bersifat konkret daripada berfikir intuitif yang lebih
abstrak.
2.
Belajar Bermakna
Ausubel dan Robinson (1969) dimensi
proses belajar yaitu Pertama, menguasai pengetahuan baru dengan struktur ide
yang telah ada : 1) mecari pengetahuan (discovery
learning), 2) menerima pengetahuan (reception
learning). Kedua, belajar yang bersifat meghafal (rote learning) dan belajar bermakna (meanigfull learning). Dalam belajar mampu menerima keseluruhan bahan pelajaran dan disajikan kepada siswa dalam bentuk
yang sudah sempurna.
a.
Konsep dasar
Ada dua hal penting dalam konsep belajar bermakna, yaitu struktur kognitif
dan materi pengetahuan baru.
b.
Macam-macam
belajar bermakna
Belajar refresensional, belajar konsep, belajar proposisi, discovery learning atau mencari, belajar
pemecahan masalah, dan belajar kreatif.
3.
Hubungan Macam-macam Belajar
Dalam Taksonomi Bloom
Dalam pembandingan dengan Taksonomi Bloom dapat ditarik kesimpulan bahwa macam-macam belajar bermakna ini, lebih menyangkut ranah kognitif.
Ranah afektif dan psikomotor tidak tercakup dengan macam-macam kategori belajar
ini.
4.
Mengingat dan Lupa
Mengingat merupakan suatu proses
memelihara penguasaan sesuatu makna baru. Sedangkan Lupa merupakan kemunduran atau kehilangan penguasaan
suatu makna yang telah dikuasai.
5.
Kelebihan Belajar Bermakna
Hasil belajar bermakna lebih lama
dikuasai daripada belajar menghafal. Dengan demikian belajar bermakna lebih
efisien dibandingkan dengan belajar menghafal.
6.
Inhibisi Proaktif dan Retroaktif
Salah satu penyebab utama dari
lupa pada belajar adalah pengurangan makna dari suatu konsep dalam struktur
kognitif. Pada belajar yang
bersifat menghafal, masalah lupa disebabkan oleh hilangnya atau lemahnya
asosiasi antara dua hal. Dalam belajar mengingat ada dua hambatan (inhibition) yang mungkin terjadi yaitu
hambatan proaktif dan retroaktif. Hambatan proaktif merupakan hambatan dalam
mengingat sesuatu karena adanya pengaruh dari bahan yang telah dipelajari lebih
dahulu. Hambatan retroaktif merupakan
hambatan dalam mengingat yang lama karena bahan baru.
D. Kesiapan Belajar
Tiga masalah penting
berkenaan dengan penyesuaian bahan ajar dengan perkembangan anak: 1) perkembangan intelek, 2) kegiatan
belajar, dan 3) spiral kurikulum.
1.
Perkembangan Intelek
Hasil penelitian
berkenaan dengan perkembangan intelek anak menunjukkan, bahwa tiap tingkat
perkembangan mempunyai karakteristik tertentu tentanng cara anak melihat
lingkungannya dan cara memberi arti bagi dirinyasendiri.
Perkembangan intelek anak
bukanlah suatu rangkaian perkembangan yang bersifat tertutup, tetapi terbuka,
merespon terhadap pengaruh lingkungannya terutama lingkungan sekolah. Perkembangan
intelek anak perlu ditunjang oleh kesempatan-kesempatan yang berguna agar
berkembang lebih pesat.
2.
Kegiatan
Belajar
Belajar sesuatu bidang
pelajaran, minimal meliputi tiga proses. Pertama,
proses mendapatkan atau memperoleh informasi baru untuk melengkapi atau menggantikan
informasi yang telah dimiliki atau menyempurnakan pengetahuan yang telah ada. Kedua, transformasi, yaitu proses
memanipulasi pengetahuan agar sesuai dengan tugas yang baru. Transformasi
meliputi cara-cara mengolah informasi untuk sampai pada kesimpulan yang lebih
tinggi. Ketiga, proses evaluasi untuk
mengecek apakah manipulasi sudah memadai untuk dapatmenjalankan tugas rnencapai
sasaran. Apakah kesimpulan yang telah dilakukan dengan saksama, dapat
dioperasikan dengan baik.
3.
Spiral
Kurikulum
Kurikulum bukan sesuatu
yang statis tertutup, tetapi merupakan spiral terbuka. Kurikulum memiliki
struktur bahan ajar, yang disusun atau dibentuk disekitar prinsip-prinsip,
masalah-masalah dan nilai-nilai dalam masyarakat. Kurikulum selalu membutuhkan
baik anak didik maupun masyarakat sekitarnya.
E. Minat dan Motif Belajar
Minat atau perhatian belajar ini
sangat berhubungan dengan kegiatan
belajar. Kegiatan belajar juga bergerak dari yang aktif, yang berbentuk suatu
poyek yang berisi kegiatan kompetitif, yang banyak membangkitkan minat belajar anak. Pembangkitan minat belajar pada anak, ada yang
bersifat sementara (jangka pendek), ada juga yang bersifat menetap (jangka panjang).
Motif belajar pada anak umunya campuran, antara bersifat sementara, antara
otonomi aktif dengan monoton. Untuk itu ada beberapa hal yang dapat diusahakan
untuk membangkitkan motif belajar pada anak, yaitu pemilihan bahan pengajaran
yang berarti bagi anak yang mendorong belajar menemukan (discovery) dan menerjemahkan apa yang akan diajarkan sesuai dengan
tingkat perkembangan anak serta melibatkan anak secara maksimal dalam proses
belajar.
yusepkurniawan88@gmail.com
No comments:
Post a Comment