- Yusep Kurniawan

Breaking

Monday, March 26, 2018


PENGEMBANGAN KURIKULUM
Dosen Pengampu : Dr. Y. Suyitno, M.Pd.

Teori dan Praktek
Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata


Resume Bab VII Proses Pengajaran


Yusep Kurniawan
1720110002




PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN DASAR
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2017

Judul Buku    : Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek
Penulis            : Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata
Editor             : Mukhlis
Penerbit          : PT. Remaja Rosdakarya
Cetakan ke-   : 15
Tahun             : 2015
Bab                 : VII Proses Pengajaran

BAB VII PROSES PENGAJARAN
A.  Keseimbangan Antara Isi dan Proses
Dalam model-model konsep kurikulum maupun macam-macam desain kurikulum, masalah isi dan proses pengajaran selalu menjadi titik tolak. Isi dan proses merupakan komponen kurikulum yang sangat penting. Oleh karena itu ada yang berpendapat bahwa kurikulum tidak lain dari suatu program pendidikan yang berisi jalinan antara isi dengan proses penyampaiannya.
Dari pelaksanaan kurikulum diharapkan siswa mampu menguasai sebanyak-banyaknya bahan terbaik dengan cara terbaik. Hal tersebut sulit dicapai, namun bukan sesuatu yang mustahil. Keberhasilan pengajaran atau pelaksanaan suatu kurikulum sangat dipengaruhi kondisi banyak sebab baik dari internal maupun eksternal. Pendidikan dan pengajaran juga tidak terlepas dari berbagai keterbatasan. Penyusun, pengembang dan pelaksana pendidikan umumnya, kurikulum khususnya harus mengoptimalkan hasil sesuai kondisi yang ada, disamping mengoptimalkan isi dan prosesnya.
Telah kita ketahui dalam uraian-uraian yang terdahulu bahwa ada konsep-konsep kurikulum yang lebih mengutamakan isi dan ada yang mengutamakan proses. Keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangan. Keduanya merupakan pemecahan yang paling praktis, walaupun bukan berarti tanpa menghadapi kesulitan-kesulitan.

B.  Isi Kurikulum
Kurikulum atau pengajaran bukan hanya terdiri atas sekumpulan pengetahuan atau informasi, tetapi harus merupakan kesatuan pengetahuan terpilih dan dibutuhkan, baik bagi pengetahuan itu sendiri maupun bagi siswa dan lingkungannya.
Para pengembang kurikulum dalam menyusun kurikulum  dan pengajaran bukan hanya didasarkan pada aspek perkembangan ilmu pengetahuan, tetapi disesuaikan dengan karakteristik perkembangan anak dan konsep-konsep modern tentang hakikat pengalaman belajar.
Ada empat hal pokok penting dalam proses pendidikan. Pertama, peranan struktur bahan, dan bagamana hal tersebut menjadi pusat kegiatan belajar. Kedua, proses belajar menekankan pada berpikir intuitif (berpikir inteektual untuk mencapai formulasi tentitif tanpa mengadakan analisis langkah demi langkah). Ketiga, masalah kesiapan readinness) dalam belajar. Keempat, dorongan untuk belajar (learning motives) atau motivasi belajar.
Belajar bertujuan untuk menyiapkan peserta didik untuk menghadapi masa yang akan datang. Ada dua macam belajar untuk menghadapi masa yang akan datang. Pertama, aplikasi belajar dalam tugas atau pekerjaan khusus. Kedua,  transfer belajar dalam bentuk prinsip-prinsip dan sikap-sikap. Transfer belajar merupakan inti proses pendidikan.
Hal yang sangat penting bagaimana menyusun kurikulum yang dapat diajarkan oleh guru biasa, terhadap murid biasa yang dapat merefleksikan pinsip-prinsip dasar dari berbagai bentuk inkuiri. Pertama adalah menyangkut bagaimana memilih bahan yang akan diajarkan serta alat-alat pelajaran yang memberikan tekanan utama pada pengembangan ide-ide dan sikap. Kemudian bagaimana menentukan tingkat-tingkat bahan yang aka diajarkan sesuai dengan kemampuan dan tingkat perkembangan siswa. Kedua adalah bagaimana para siswa menguasai ide-ide dasar dari bergbagai bidang studi, bukan saja dengan pengetahuan umum, tetapi juga dengan sikap berinkuiri, perkembangan kemampuan memperkirakan dan pemecahan masalah secara mandiri.
Empat hal yang merupakan manfaat belajar atau mengajar struktur dasar : Pertama, pemahaman yang bersifat fundamental memungkinkan penguasaan bahan ajar secara lebih komperehensif. Kedua, berhubungan dengan kemampuan ingatan manusia. Ketiga, pemahaman prinsip-prinsip dan ide-ide fundamental merupakan syarat utama untuk mengadakan transfer. Keempat,  penekanan pada struktur dan prinsip-prinsip mengajar fundamental dapat mempersempit jarak antara pengetahuan elementer dengan pengetahuan yang lebih lanjut.
Dapat disimpulkan bahwa isi kurikulum atau pengajaran bukan hanya terdiri atas sekumpulan pengetahuan atau kumpulan informasi, tetapi harus merupakan kesatuan pengetahuan terpilih dan dibutuhkan, baik bagi pengetahuan itu sendiri maupun bagi siswa dan lingkungannya.

C.  Proses Belajar
Mengajar merupakan suatu upaya yang dilakukan guru agar siswa belajar. Apabila kita mengkaji teori mengajar yang ada, hampir seluruhnya dikembangkan atau bertolak dari teori belajar.
1.      Belajar intuitif
Berpikir intuitif tidak memiliki langkah-langkah yang dapat dirumuskan secara pasti dan teliti, lebih merupakan suatu manuver yang didasarkan atas persepsi implisit dari keseluruhan masalah. Biasanya proses pemikiran intuitif ini berkenaan dengan domain kognitif, terutama dengan struktur pengetahuan, yang memungkinkan ia melangkah atau meloncat atau memotong jalan pendek untuk sampai pada suatu jawaban atau pemecahan. Hasil berpikir intuitif dapat dicek dengan kesimpulan dari hasil analitik, apakah induktif atau deduktif. Pemikiran analitik yang lebih bersifat konkret daripada berfikir intuitif yang lebih abstrak.
2.      Belajar Bermakna
Ausubel dan Robinson (1969) dimensi proses belajar yaitu Pertama,  menguasai pengetahuan baru dengan struktur ide yang telah ada : 1) mecari pengetahuan (discovery learning), 2) menerima pengetahuan (reception learning). Kedua, belajar yang bersifat meghafal (rote learning) dan belajar bermakna (meanigfull learning). Dalam belajar mampu menerima keseluruhan bahan pelajaran dan disajikan kepada siswa dalam bentuk yang sudah sempurna.
a.    Konsep dasar
Ada dua hal penting dalam konsep belajar bermakna, yaitu struktur kognitif dan materi pengetahuan baru.
b.    Macam-macam belajar bermakna
Belajar refresensional, belajar konsep, belajar proposisi, discovery learning atau mencari, belajar pemecahan masalah, dan belajar kreatif.
3.      Hubungan Macam-macam Belajar Dalam Taksonomi Bloom
Dalam pembandingan dengan Taksonomi Bloom dapat ditarik kesimpulan bahwa macam-macam belajar bermakna ini, lebih menyangkut ranah kognitif. Ranah afektif dan psikomotor tidak tercakup dengan macam-macam kategori belajar ini.
4.      Mengingat dan Lupa
Mengingat merupakan suatu proses memelihara penguasaan sesuatu makna baru. Sedangkan Lupa merupakan kemunduran atau kehilangan penguasaan suatu makna yang telah dikuasai.
5.      Kelebihan Belajar Bermakna
Hasil belajar bermakna lebih lama dikuasai daripada belajar menghafal. Dengan demikian belajar bermakna lebih efisien dibandingkan dengan belajar menghafal.
6.      Inhibisi Proaktif dan Retroaktif
Salah satu penyebab utama dari lupa pada belajar adalah pengurangan makna dari suatu konsep dalam struktur kognitif. Pada belajar yang bersifat menghafal, masalah lupa disebabkan oleh hilangnya atau lemahnya asosiasi antara dua hal. Dalam belajar mengingat ada dua hambatan (inhibition) yang mungkin terjadi yaitu hambatan proaktif dan retroaktif. Hambatan proaktif merupakan hambatan dalam mengingat sesuatu karena adanya pengaruh dari bahan yang telah dipelajari lebih dahulu. Hambatan retroaktif merupakan hambatan dalam mengingat yang lama karena bahan baru.
D.  Kesiapan Belajar
Tiga masalah penting berkenaan dengan penyesuaian bahan ajar dengan perkembangan anak: 1) perkembangan intelek, 2) kegiatan belajar, dan 3) spiral kurikulum.
1.    Perkembangan Intelek
Hasil penelitian berkenaan dengan perkembangan intelek anak menunjukkan, bahwa tiap tingkat perkembangan mempunyai karakteristik tertentu tentanng cara anak melihat lingkungannya dan cara memberi arti bagi dirinyasendiri.
Perkembangan intelek anak bukanlah suatu rangkaian perkembangan yang bersifat tertutup, tetapi terbuka, merespon terhadap pengaruh lingkungannya terutama lingkungan sekolah. Perkembangan intelek anak perlu ditunjang oleh kesempatan-kesempatan yang berguna agar berkembang lebih pesat.
2.    Kegiatan Belajar
Belajar sesuatu bidang pelajaran, minimal meliputi tiga proses. Pertama, proses mendapatkan atau memperoleh informasi baru untuk melengkapi atau menggantikan informasi yang telah dimiliki atau menyempurnakan pengetahuan yang telah ada. Kedua, transformasi, yaitu proses memanipulasi pengetahuan agar sesuai dengan tugas yang baru. Transformasi meliputi cara-cara mengolah informasi untuk sampai pada kesimpulan yang lebih tinggi. Ketiga, proses evaluasi untuk mengecek apakah manipulasi sudah memadai untuk dapatmenjalankan tugas rnencapai sasaran. Apakah kesimpulan yang telah dilakukan dengan saksama, dapat dioperasikan dengan baik.
3.    Spiral Kurikulum
Kurikulum bukan sesuatu yang statis tertutup, tetapi merupakan spiral terbuka. Kurikulum memiliki struktur bahan ajar, yang disusun atau dibentuk disekitar prinsip-prinsip, masalah-masalah dan nilai-nilai dalam masyarakat. Kurikulum selalu membutuhkan baik anak didik maupun masyarakat sekitarnya.

E.  Minat dan Motif Belajar
Minat atau perhatian belajar ini sangat berhubungan dengan kegiatan belajar. Kegiatan belajar juga bergerak dari yang aktif, yang berbentuk suatu poyek yang berisi kegiatan kompetitif, yang banyak membangkitkan minat belajar anak. Pembangkitan minat belajar pada anak, ada yang bersifat sementara (jangka pendek), ada juga yang bersifat menetap (jangka panjang).
Motif belajar pada anak umunya campuran, antara bersifat sementara, antara otonomi aktif dengan monoton. Untuk itu ada beberapa hal yang dapat diusahakan untuk membangkitkan motif belajar pada anak, yaitu pemilihan bahan pengajaran yang berarti bagi anak yang mendorong belajar menemukan (discovery) dan menerjemahkan apa yang akan diajarkan sesuai dengan tingkat perkembangan anak serta melibatkan anak secara maksimal dalam proses belajar.


yusepkurniawan88@gmail.com

No comments:

Post a Comment