"Polemik Watu Sinom: Antara Sejarah, Legenda, dan Status Cagar Budaya" - Yusep Kurniawan

Breaking

Sunday, February 9, 2025

"Polemik Watu Sinom: Antara Sejarah, Legenda, dan Status Cagar Budaya"

 

Watu Sinom adalah sebuah situs bersejarah yang terletak di Desa Keniten, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas. Batu besar ini memiliki nilai historis yang terkait dengan legenda Raden Kamandaka, yang dikenal sebagai "Maling Julik Kamandaka". 


Dalam kisahnya, Raden Kamandaka adalah putra Prabu Siliwangi yang jatuh cinta pada Dewi Cipto Roso, putri Adipati Pasir Luhur. Karena cintanya yang terlarang, ia melarikan diri dan bersembunyi di berbagai tempat, salah satunya di sekitar Watu Sinom.


Meskipun memiliki nilai sejarah dan menjadi bagian dari cerita rakyat setempat, status Watu Sinom sebagai cagar budaya masih menjadi perdebatan. 


Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas, Drs. Setia Rahendra, M.Si., menyatakan bahwa Watu Sinom belum ditetapkan sebagai cagar budaya resmi. Hal ini disebabkan oleh belum adanya penetapan formal dari Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) setempat.


“Di media sosial banyak yang tidak tahu, seolah-olah itu perusakan cagar budaya. Padahal itu bukan cagar budaya. Perlu kita garisbawahi sekali lagi, Watu Sinom itu bukan cagar budaya,” kata Kepala Dinas Pariwisata Banyumas, Jumat (7/2/2025).


Salah satu kendala dalam penetapan cagar budaya di Banyumas adalah vakumnya TACB akibat peraturan daerah yang membatasi masa bakti tim tersebut. 


Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2015 tentang Cagar Budaya menyebutkan bahwa masa bakti TACB hanya tiga tahun dan dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan. Setelah masa jabatan berakhir, diperlukan pembentukan tim baru untuk melanjutkan tugas penetapan cagar budaya.


Meskipun demikian, masyarakat setempat tidak tinggal diam. Paguyuban Peduli Cagar Budaya MERCU BUANA, yang terdiri dari warga lokal, telah mengambil inisiatif untuk merawat dan mengembangkan Watu Sinom sebagai destinasi wisata edukasi. 


Mereka melakukan berbagai upaya, seperti memperindah kawasan dengan bunga-bunga dan membangun fasilitas pendukung bagi pengunjung. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian situs bersejarah dan mendorong pengakuan resmi sebagai cagar budaya di masa mendatang.


Dengan upaya kolaboratif antara masyarakat dan pemerintah, diharapkan situs-situs bersejarah seperti Watu Sinom dapat memperoleh perhatian yang layak dan ditetapkan sebagai cagar budaya, sehingga warisan sejarah dan budaya Banyumas dapat terjaga untuk generasi mendatang. (Tim Red.)


Sumber Rujukan:

Jejak Persepsi. "Watu Sinom: Jejak Sejarah dan Cinta di Pasir Luhur." Diakses dari https://jejakpersepsi.com/budaya/watu-sinom-jejak-sejarah-dan-cinta-di-pasir-luhur/


Serayu News. "Sejarah Perubahan Hari Jadi Kabupaten Banyumas, Begini Asal Muasalnya." Diakses dari https://serayunews.com/sejarah-perubahan-hari-jadi-kabupaten-banyumas-begini-asal-muasalnya


Jejak Persepsi. "Watu Sinom: Situs Bersejarah yang Bertransformasi Menjadi Destinasi Wisata Edukasi Berkat Gotong Royong Masyarakat." Diakses dari https://jejakpersepsi.com/wisata/watu-sinom-situs-bersejarah-yang-bertransformasi-menjadi-destinasi-wisata-edukasi-berkat-gotong-royong-masyarakat/


No comments:

Post a Comment