CERPEN || Sore itu, tribun lapangan olahraga mulai dipenuhi penonton. Sorak-sorai menggema, menambah semangat para pemain yang tengah berlaga. Di antara riuhnya suara, tiga sahabat duduk santai di barisan depan, menikmati pertandingan dengan senyum lebar.
Kak Sinung, lelaki bertopi putih yang selalu penuh semangat, duduk dengan posisi santai. Sementara di tengah, Bang Y dengan baju bercorak khasnya tampak lebih serius, memperhatikan setiap gerakan pemain di lapangan. Di sisi kanan mereka, Pak Eko, pria bertopi hitam dengan kaos bertuliskan Physical Education, sesekali berkomentar tentang strategi yang dimainkan.
“Kalian lihat tadi? Smas anak nomor tujuh itu luar biasa!” seru Kak Sinung, sambil menunjuk ke arah lapangan.
Bang Y mengangguk pelan. “Tekniknya bagus, tapi lawannya juga nggak kalah. Kalau mereka lebih fokus, mungkin tadi bisa membendung serangan.”
Pak Eko tertawa, mengangkat jempolnya ke arah kamera. “Itu baru namanya pertandingan seru! Ini nih, momen yang bikin kita betah duduk lama di tribun.”
Mereka bertiga memang punya sejarah panjang di dunia olahraga. Kak Sinung dikenal sebagai motivator ulung di sekolahnya, selalu menyemangati anak-anak didiknya. Bang Y, dengan ketenangannya, sering menjadi pengamat strategi terbaik. Sementara Pak Eko, yang dulu merupakan guru olahraga, tak pernah kehilangan semangatnya dalam membahas dunia sport.
Di belakang mereka, beberapa orang sesekali melirik, melihat betapa asyiknya tiga sahabat itu menikmati momen bersama. Seorang anak muda yang duduk di dekat mereka bahkan ikut tersenyum, merasa senang melihat kebersamaan mereka.
Ketika pertandingan berakhir dengan skor tipis, tribun kembali riuh oleh tepuk tangan. Para pemain bersalaman di lapangan, menunjukkan sportivitas yang luar biasa. Kak Sinung berdiri, menepuk bahu Bang Y dan Pak Eko.
“Sudah lama kita nggak nonton bareng seperti ini, ya?” katanya dengan nada penuh nostalgia.
Bang Y tersenyum. “Iya, terakhir kali rasanya dulu kita masih sering main bola sore di lapangan belakang sekolah.”
Pak Eko mengangguk setuju. “Makanya, kita harus sering-sering begini lagi! Olahraga bukan cuma soal menang atau kalah, tapi juga soal persahabatan.”
Mereka bertiga pun beranjak dari tribun dengan hati riang. Persahabatan mereka, yang sudah terjalin sejak lama, terasa semakin kuat di setiap momen kebersamaan seperti ini. Hari itu, bukan hanya pertandingan yang menarik perhatian mereka, tetapi juga kenangan lama yang kembali hadir, menghangatkan hati.
No comments:
Post a Comment