Di tengah hiruk pikuk kehidupan kota yang terus berkembang, Clara dan Dika menjalani hubungan yang terjalin sejak tahun pertama kuliah. Waktu mereka bersama terhitung tidak lama, hanya dua tahun, namun mereka merasa ikatan yang terbentuk lebih dalam dari sekedar sebuah hubungan biasa.
Namun, seperti takdir yang sering membawa tantangan, Dika harus pindah ke luar kota untuk melanjutkan kariernya. Sebuah hubungan jarak jauh (LDR) menjadi kenyataan yang harus mereka hadapi.
Awalnya, Clara merasa ragu. Bagaimana bisa mereka tetap bertahan dengan jarak yang memisahkan, dengan waktu yang terbatas, dan dengan berbagai godaan yang mungkin datang? Namun, Dika meyakinkannya dengan janji-janji manis dan kata-kata yang selalu menguatkan hati.
"Kita bisa melewati ini, Clara. Ketulusan kita akan menjadi kekuatan yang tak bisa dipatahkan," katanya dengan percaya diri.
Mereka memulai perjalanan ini dengan penuh harapan, meski dengan kekhawatiran yang tidak terungkapkan. Setiap malam, Clara akan menunggu pesan singkat dari Dika, berharap ada kabar yang datang, dan Dika juga menunggu telepon dari Clara, menantikan suara kekasihnya.
Namun, semakin lama, semakin banyak tantangan yang mereka hadapi. Ada saat-saat ketika Clara merasa kesepian, saat-saat di mana Dika harus terjebak dalam kesibukan kerja yang membuatnya lupa memberi kabar.
Mereka berdua merasakan jarak itu semakin lama semakin menguji kesetiaan mereka. Clara mulai merasa cemas, sementara Dika sering kali merasa tertekan oleh pekerjaan dan jarak yang memisahkan.
Pernah suatu malam, Clara mendapat kabar bahwa Dika akan bertemu dengan seorang rekan kerja perempuan, yang tampaknya sangat dekat dengannya. Perasaan cemburu dan khawatir datang begitu saja, namun Clara memilih untuk diam, berusaha mengendalikannya.
Dika juga merasakan hal yang sama. Rindu yang mendalam kepada Clara sering kali membuatnya merasa terhimpit oleh rasa bersalah karena tidak bisa selalu ada untuknya.
Terkadang, Dika merasa bahwa meskipun ia berusaha sekeras mungkin, tak ada yang benar-benar bisa menggantikan kehadiran Clara di sampingnya. Namun, mereka berdua tetap bertahan, tetap percaya bahwa hubungan ini akan mengarah pada kebahagiaan yang lebih besar.
Pada suatu malam, Clara memutuskan untuk memberi kejutan kepada Dika dengan datang ke kota tempat Dika bekerja. Dia ingin melihat langsung apakah Dika benar-benar setia.
Dengan hati yang berdebar, Clara tiba di kantor Dika tanpa pemberitahuan. Ketika Dika melihatnya berdiri di depan pintu kantor, ia terkejut, namun segera menghampiri Clara dengan senyuman lebar di wajahnya.
"Tunggu, kenapa kamu ada di sini?" tanya Dika dengan suara penuh kebingungan, namun tatapan mata mereka berbicara lebih banyak daripada kata-kata yang keluar.
Clara hanya tersenyum, "Aku ingin tahu, Dika. Aku ingin tahu apakah ketulusan kita masih ada, meskipun jarak memisahkan kita."
Dika terdiam sejenak, "Clara, ketulusan itu bukan tentang berapa kali kita bertemu, tapi tentang bagaimana kita tetap ada meskipun tidak selalu bersama. Aku cinta kamu, dan jarak ini hanya membuatku lebih yakin akan cinta itu."
Malam itu, mereka duduk bersama di bawah langit kota yang penuh dengan bintang. Mereka berbicara tentang semua yang mereka rasakan, tentang keraguan yang pernah muncul, dan tentang betapa besar mereka saling mencintai.
Keputusan untuk terus setia, meskipun dengan segala keterbatasan, terasa semakin kuat di hati mereka.
Clara menyadari bahwa kesetiaan bukan hanya tentang selalu bersama secara fisik, tetapi tentang menjaga komitmen di hati masing-masing. Dika juga merasa hal yang sama. Mereka berduabmenyadari bahwa cinta mereka lebih kuat dari jarak yang memisahkan.
Seiring berjalannya waktu, mereka belajar untuk lebih memahami satu sama lain, untuk lebih menghargai waktu yang mereka miliki bersama.
Mereka akhirnya tahu bahwa cinta sejati tidak pernah bergantung pada jarak atau waktu, tetapi pada ketulusan dan kesetiaan yang selalu terjaga, meskipun terpisah oleh ribuan kilometer.
No comments:
Post a Comment